Minggu, 20 Mei 2012

PENGERTIAN DASAR BUDHA DHARMA :)

PENGERTIAN DASAR BUDHA DHARMA
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mingguan mata kuliah
Agama Buddha

Dosen Pembimbing : Hj. Siti Nadroh, M.Ag
Drs. H. Roswen Dja’far
Bpk. Saeful Azmi, M

Disusun oleh:
Dianita irfa wardhani (1110032100037)
Muharom syahrul akbar (1110032100068)
JURUSAN PERBANDINAGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat  Allah SWT. Karena berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul  “ Pengertian dasar Budha Dharma“
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas diskusi mingguan pada mata kuliah Agama budha. Dalam penyusunan makalah ini penyaji berusaha untuk memaparkan dan menjelaskan tentang Pengertian Dasar Budha Dharma, Tri Ratna dan Saddha Keyakinan: Sang Hyang Adhi Budha, Para Budha, Bodhisatwa dan  Arahat.
Kami menyadari,tidak ada manusia yang sempurna sehingga bila terdapat kesalahan penulisan dalam makalah ini dimohon kritik dan saran,agar dapat membangun penulis di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah Ilmu dan Pengetahuan tentang materi yang disajikan dalam makalah ini.


Bab 1
PENDAHULUAN
Secara historis agama buddha mempunyai kaitan erat dengan agama yang mendahuluinya, tapi walaupun demikian agama buddha mempunyai perbedaan dengan agama yang mendahuluinya dan yang datang sesudahnya,  Salah satunya agama hindu. Sebagai agama, ajaran buddha tidak bertitik tolak dari tuhan dan hubungannya dengan alam semesta dan seluruh isinya, termasuk manusia. Tetapi dari keadaan yang dihadapi manusia dalam kehidupannya sehari-hari, khususnya tentang tata susila yang dihadapi dan dijalani manusia agar terbebas dari lingkaran dukka yang selalu mengiringi hidupnya. Dan dalam jangka waktu yang lama ini, masalah ketuhanan itupun belum mendapatkan perhatian yang semestinya.
Dalam alur sejarah agama di india, zaman agama buddha dimulai semenjak tahun 500 SM hingga tahun 300 M.[1] Berangkat dari titik tolak ajaran yang dikembangkan tersebut, banyak para peminat ilmu agama mempertanyakan apakah agama buddha dipandang sebagai agama, atau hanya salah satu aliran filsafat saja. Sejalan dengan itu edwarad conze menyatakan bahwa buddhisme dapat dianggap sebagai agama dan suatu aliran filsafat. Sebagai agama, buddhisme merupakan suatu bentuk organisasi dari cita-cita yang bersifat spiritual yang menolak adanya unsur kekuasaan duniawi, yang ajarannya mampu memberikan sukses dalam mengatasi dunia dan dalam mencapai keabadian ataupun kehidupan setelah mati. Sebagai suaatu aliran filsafat, kata conze, buddhisme bersifat dialektis pragmatis yang bercorak kejiwaan


   


LATAR BELAKANG

Dalam bab agama Hindu kita mencoba menggambarkan dua gerakan yang patut dicatat – para rishi Upanishad dan Sri Krishna – yang bangkit di India melawan politeisme Brahmana dan ritualisme. Betapa pun mereka akhirnya terserap dalam agama Hindu dan ciri mereka yang khas lenyap karena kompromi dengan sistem yang ditentang oleh mereka. Agama Buddha adalah revolusi yang lain lagi terhadap agama Brahmana, dan gerakan besar ini tidak dapat bercampur lagi dengan agama Hindu. Buddha bukanlah


suatu agama yang berbeda, melainkan suatu sistem yang positif. Namun demikian, setelah suatu masa sukses dan popularitas yang luas, agama ini terasing dari tanah kelahirannya oleh agama Hindu yang dibangkitkan lagi. Tetapi sebelum hal itu terjadi, agama Buddha telah tersebar ke berbagai negeri di luar India dan menjadi satu dari agama dunia yang besar.
India dalam abad ke enam sebelum masehi bukanlah suatu kerajaan yang luar biasa atau kekaisaran. Negeri itu mempunyai sejumlah raja dari suku-suku serta marga tertentu yang memerintah daerah-daerah kecil. Beberapa logat dipergunakan meskipun Sansekerta adalah bahasa yang suci. Kitab Weda telah mendapat gelar yang misterius sebagai kitab wahyu. Pengorbanan dan upacara menurut faham Brahmana telah dijalankan secara luas dengan penuh keyakinan, bahwa melalui upacara itu maka manusia yang melakukannya akan memperoleh apa yang diinginkannya di dunia ini maupun di akhirat. Para pendeta Brahmana dihormati dan ditakuti sebagai setengah dewa. Masyarakat dibagi dalam empat kasta secara ketat dengan kaum Brahmana yang memperoleh kedudukan penuh fasilitas, di pihak lain kaum Sudra dan Paria menjalani hidup dalam keadaan yang lebih buruk dari binatang piaraan. Kitab hukum agama Hindu menyatakan : ‘Telinga seorang Sudra yang mendengarkan penuh perhatian ketika Kitab Weda dibacakan harus disumpal dengan logam cair, lidahnya harus dipotong bila membacanya, badannya harus dibelah bila hafal dalam ingatannya”.[2] Bila seorang Sudra berbuat demikian besar, misalnya memberikan sekelumit nasehat kepada seorang Brahmana, minyak panas harus dituangkan ke telinganya.
Orang Hindu telah mengembangkan kegemaran untuk berfilsafat secara hitam putih, yang tiada lain kecuali mencari kebenaran atau menyalib orang. Ini adalah abad kekacauan yang penuh untung-untungan dengan ilmu agama yang tidak tentu dan pertengkaran yang membingungkan. Kehidupan akhlak sangat menderita karena banyak permasalahan metafisik, dan perselisihan keagamaan yang menyerang habis daya serta tenaga rakyat. Dalam hutan dan gua-gua hiduplah banyak resi dan pertapa yang menjalankan penyiksaan diri dan menolak kesenangan bagi diri mereka untuk masa yang panjang dan percaya bahwa ini adalah jalan untuk mencapai ketinggian rohani.



  Rakyat menyembah segala macam, mulai dari matahari hingga batu biasa, dewa yang tinggi hingga setan, dedemit yang menakutkan. “Di benua yang luas India”, tulis Dr. Radhakrishnan, “kapasitas yang luar biasa untuk menciptakan dewa-dewa, maka dengan kejahilan bertuhan memberi ruang lingkup yang luar biasa. Tuhan dan hantu dengan daya melukai atau mengganggunya, sebagaimana halnya perlu dipuji dan dipuja karena menguasai





2.  SEKILAS PENDIRI DAN PEMBAWA AGAMA BUDHA
            Agama Budha didirikan oleh seorang pangeran yang bernama Sidharta “yang cita-citanya tercapai”, Putra raja Sudhodana Gautama dan Dewi Mahamaya dari kerajaan kecil Kapilawastu yang memerintah atas suku Sakya di India utara yang berbatasan dengan Nepal. Ia dilahirkan pada tahun 563 s.M. dan wafat pada tahun 483 s.M.[1]
            Dalam kepercayaan  para pemeluk agama Budha ada beribu-ribu orang yang mendapatkan gelar kehormatan  Budha dalam sejarah. Untuk masa sekarang, orang yang mendapat pencerahan dan gelar tersebut adalah Sidharta Gautama, Budha yang ke-28 dan yang mendirikan agama Buddha sebagaimana dikenal sekarang ini.
            Selain mendapatkan gelar Budha, Sidarta juga telah mendapatkan gelar Bhagoua (orang yang menjadi sendiri tanpa guru yang mengajar sebelumnya), Sakya Mimi (pertapa dari suku Sakya); Sakya Sumba (singa dari suku Sakya); Sugata (orang yang datang dengan selamat); Suaria Siddha (orang yang terkabul semua permintaannya) dan Tathagata (orang yang baru datang).
  Pengertian Dasar Buddha Dharma
1. Buddha
Berasal dari bahasa Sansekerta budha berarti menjadi sadar, kesadaraan sepenuhnya; bijaksana, dikenal, diketahui, mengamati, mematuhi. (Arthur Antony Macdonell, Practical Sanskrit Dictionary, Oxford University Press, London, 1965). Tegasnya, Buddha berarti seorang yang telah mencapai Penerangan atau Pencerahan Sempurna dan Sadar akan Kebenaran Kosmos serta Alam Semesta. “Hyang Buddha” adalah seorang yang telah mencapai Penerangan Luhur, cakap dan bijak menuaikan karya-karya kebijakan dan memperoleh Kebijaksanaan Kebenaraan mengenai Nirvana serta mengumumkan doktrin sejati tentang kebebasan atau keselamatan kepada dunia semesta sebelum parinirvana.Hyang Buddha yang berdasarkan Sejarah bernama Shakyamuni pendiri Agama buddha. [4]
2 . Dharma
Hukum Kebenaran, Agama, hal, hal-hal apa saja yang berhubungan dengan ajaran agama Buddha sebagai agama yang sempurna.
Dharma mengandung 4 (empat) makna utama :
1. Doktrin
2. Hak, keadilan, kebenaran
3. Kondisi
4. Barang yang kelihatan atau phenomena.
Buddha Dharma adalah suatu ajaran yang menguraikan hakekat kehidupan berdasarkan Pandangan Terang yang dapat membebaskan manusia dari kesesatan atau kegelapan batin dan penderitaan disebabkan ketidakpuasan. Buddha Dharma meliputi unsur-unsur agama, kebaktian, filosofi, psikologi, falsafah, kebatinan, metafisika, tata susila, etika, dan sebagainya. [5] Tripitaka Mahayana termasuk dalam Buddha Dharma
1 Tri Ratna
Seorang telah menjadi umat Buddha bila ia menerima dan mengucapkan Tri Ratna (Skt) atau Tiga Mustika (Ind) yang berarti Buddha, Dharma, Sangha. Pada Saat sembahyang atau kebaktian di depan altar Hyang Buddha. Tri Ratna secara lengkap diucapkan dengan tenang dan khusuk sampai tiga kali atau disebut Trisarana. Trisarana adalah sebagai berikut:
Bahasa Sansekerta :

Buddhang Saranang Gacchami
Dharmang Saranang Gacchami
Sanghang Saranang Gacchami



Dwipanang Buddhang Saranang Gacchami
Dwipanang Dharmang Saranang Gacchami
Dwipanang Sanghang Saranang Gacchami
Tripanang Buddhang Saranang Gacchami
Tripanang Dharmang Saranang Gacchami
Tripanang Sanghang Saranang Gacchami

Bahasa Indonesia :
Aku Berlindung kepada Buddha
Aku Berlindung kepada Dharma
Aku Berlindung kepada sangha
Kedua kali Aku Berlindung kepada Buddha
Kedua kali Aku Berlindung kepada Dharma
Kedua kali Aku Berlindung kepada sangha
Ketiga kali Aku Berlindung kepada Buddha
Ketiga kali Aku Berlindung kepada Dharma
Ketiga kali Aku Berlindung kepada sangha

Triratna yang bermakna tiga permata adalah tiga buah pengakuan dari setiap penganut agama. Tiga Pengakuan di dalam agama Buddha itu berbunyi:

(1). Buddham saranam gacchami

(2). Dhamman saranam gacchami

(3). Sangham  saranam dacchami

Bermakna:

(1)   Saya berlindung di dalam Buddha

(2)   Saya berlindung di dalam Dhamma

(3)   Saya berlindung di dalam Sangha

Pada kali yang kedua diawali dengan Dutiyam, yang bermakna: buat kedua kalinya. Pada kali yang ketiga diawali dengan Tatiyam, yang bermakna: buat ketiga kalinya.[4] Secara garis besar ajaran agama Buddha dapat dirangkum dalam tiga ajaran pokok, yaitu Buddha, Dharma, dan Sangha. Ajaran tentang Buddha menekankan pada bagaimana umat Buddha memandang sang Buddha Gautama sebagai pendiri agama Buddha dan asas rohani yang dapat dicapai oleh setiap makhluk hidup.  Buddha di dalam triratna itu dimaksudkan: Buddha Gautama, Dhamma disitu dimaksudkan: pokok-pokok ajaran. Sangha disitu dimaksudkan: biara. Ketiga-tiganya itu dinyatakan azas perlindungan bagi setiap penganut agama Buddha, yakni azas keyakinan yang dianut mazhab Theravada maupun mazhab Mahayana.
Pengertian Saddha
Saddha sadalah sebutan dalam bahasa pali atau sradha dalam bahasa sansekerta yang artinya keyakinan atau kepercayaan benar (cofident). Ajaran agama Buddha menekankan suatu kepercayaan yang ditimbukan oleh suatu yang nyata. Saddha dapat diartikan sebagai: keyakinan, kepercayaan benar, keimanan dalam bakti.
Keyakinan yang dinamakan saddha, adalah iman atau kepercayaan yang berdasarkan kebijaksanaan, apa yang diajarkan Buddha sebagai kebenaran mutlak.
Menurut Asanga (abad ke-4) saddha mengandung 3 unsur yakni: keyakinan yang
Kuat akan sesuatu hal, kegembiraan yang mendalam terhadap sifat-sifat yang baik, dan harapan untuk memperoleh sesuatu dikemudian hari. Kayakinan yang kuat bukan berarti sebatas kepercayaan yang lazim dikenal oleh banyak orang, keyakinan disini menekankan aspek melihat, mengetahui dan memahami.

Pengertian Sangha

Persaudaraan para bhiksu, bhiksuni (pada waktu permulaan terbentuk). Kemudian, ketika agama Buddha Mahayana berkembang para anggotanya selain para bhiksu, bhiksuni, dan juga para umat awam yang telah upasaka dan upasika dengan bertekad pada kenyataan tidak-tanduknya untuk menjadi seorang Bodhisattva, menerima dan mempraktekkan Pancasila Buddhis ataukah Bodhisattva Sila.
Bhiksu (sebutan untuk lelaki) dan bhiksuni (sebutan untuk perempuan) adalah seseorang yang kehidupanya sudah tidak lagi mencampuri urusan duniawi, telah menjalankan kehidupan suci, dan patuh serta setia menghayati dan mengamalkan Buddha Dharma.
Bedanya kepercayaan dengan saddha
· Kepercayaan akan timbul bilamana kita tidak dapat melihat segala sesuatunya dengan betul dan nyata. Pada saat kita melihat, persoalan kepercayaan itu tidak akan ada lagi. Bila saya katakan kepada anda bahwa menyembunyikan mustika ditelapak tangan yang saya genggam, kepercayaan segera timbul, sebab anda tidak melihatnya dengan mata sendiri. Tetapi bila saya buka genggaman tangan tadi dan memperlihatkan mustika itu, dengan sendirinya kepercayaan tidak akan timbul. Pepatah kuno penganut agama Buddha” mengalami sendiri seperti orang melihat mustika di telapak tangan”
· Saddha akan timbul bila kita melihat segala sesuatunya dengan betul dan nyata.

Pengembangan Keyakinan dalam agama buddha biasanya saddha sering di sebut dengan sad saddha yaitu:[7]
1) Keyakinan terhadap tuhan yang maha esa
Semua sekte agama Buddha berkeyakinan terhadap tuhan Yang Maha Esa dan menyebutnya dengan sebutan yang berbeda-beda tetapi pada hakekatnya satu. Yaitu parama Buddha, sanghyang adi Buddha, hyang Tatagatha, yang Maha Esa dan lain sebagainya.
Shanghyang adi budha itu sendiri adalah merujuk pada benih kebudhaan yang terdapat dalam diri seorang,dalam Mahayana Adi Buddha merujuk pada primordial Buddha yang menggariskan Dhamma Universal yang sama. ini juga akan merujuk pada Sambhogakaya,Nirmanakaya dan Dharmakaya.

 Kayakinan terhadap adanya Bodhisattva, arahat dan deva
Boddhisattva adalah calon Buddha atau seorang yang bercita-cita dan bertekad untuk menjadi Buddha, dengan menyempurnakan paramita.
Arahat adalah seorang pemeluk agama Buddha atau Jainisme yang telah terbebas belenggu tanha (hawa nafsu), dengan jalan mencapai penerangan sempurna. Juga disebut siswa Sang Buddha, karena ketekunan dan keyakinannya melaksanakan ajaran sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari, berlatih dalam sila, samadhi dan panna, sehingga dapat mengatasi serta melenyapkan semua kekotoran batin dan mencapai tingkat kesucian tertinggi.



    KEYAKINAN

Sang Hyang Adhi Budha

          Sang Hyang Adi Buddha merujuk pada benih kebudhaan yang terdapat dalam diri seorang,dalam Mahayana Adi Buddha merujuk pada primordial Buddha yang menggariskan Dhamma Universal yang sama. ini juga akan merujuk pada Sambhogakaya,Nirmanakaya dan Dharmakaya.
Adhi budha adalah dharmakaya yang kekal, abadi, tanpa awal tanpa akhir, tanpa bentuk dan meliputi seluruh jagad raya, hanya dapat diselami oleh mereka yang telah mencapai samyak sabadh, kesadaran teragung. Dharmakaya tidak datang dimanapun dan tidak kembali kemanapun, tidak menonjolkan diri juga juga tidak musnah, tenang dan akal utuk selama-lamanya. Inilah yang unggal, yang esa, bebas dari segala arah, tidak memiliki batas-batas arah, tetapi terkandung dalm semua tubuh. Sebagai tuhan yang maha esa adhi budha memiliki beberapa nama yang menunjukan kekuasaannya dan kekuasaannya.
Setelah pemerintah mengakui kembali Buddhism yang memiliki Tuhan didalamnya maka Buddhism diterima sebagai salah satu dari 5 agama diakui di Indonesia. Catatan perjalanan Y.M Ashin Jinarakita masih bisa kita trace di V.Ekayana sebagai founder utama Buddhism Buddhayana dan bangkitnya Buddhism di Indonesia..Penyalahgunaan beberapa pihak sering menggambarkan bahwa Buddhism memiliki konsep keTuhanan,hal ini telah jelas ditampik oleh cendekiawan Buddhist yang menjelaskan Ke Tuhanan dalam Buddhism. sebagai referensi adalah artikel "KeTuhanan dalam agama Buddha" oleh Bp.Cornelis Wowor yang dengan jelas menegaskan bahwa Buddhism tidak bersandar pada kontek Ke Tuhanan karena akan menimbulkan pemahaman yang salah,namun penekanan Buddhist adalah pada Buddhavacana yang digariskan oleh Sang Buddha.

-          Para Budha

Terdapat 27 para budha –budha yang terdahulu:

Thankara
Medhankara
Saranankara
Dipankara
Kondanna
Sumana
Revata
Shobita
Anomadasi
Paduma
Sumedha
Sujata
Piyadasi
Attadasi
Dhammadasi
Siddhathta
Tissa
Phussa
Vipassi
Sikhi
Vessabha
Kausandha
Konagamana
Kassapa
Budha gautama

-          Bodhisatw
      Secara etimologi bodhisatwa terdiri dari kata bodhi, suci dan satwa yang berarti mahluk. Jadi kata bodhisatwa artinya mahluk suci. Secara harfiah bodhisatwa berarti orang yang hakikat atau tabiatnya adalah bodhi (hikmat) yang sempurna. Orang yang mempersiapkan diri untuk mencapai tingkat budha. Berdasarkan sifatnnya bodhsatwa di bedakan menjadi tiga:
Bodhisatwa pannadhika Ialah bodhisatwa yang di dalam usahanya untuk mencapai tingkat kebudhaan lebih mengutamakan kebijaksanaan, dimana lebih banyak mengadakan perenungan terhadap hakekat dari kehidupan ini. Bodhisatwa Saddhadika Ialah bodhisatwa yang didalam usahanya untuk mencapai tingkat kebudaan lebih mengutamakan keyakinan (sadha) terhadap darma yang diajarkan oleh budha. Dengan mengembangkan keyakinan terhadap apa yang diajarkan oleh budha maka tercapailah tingkat budha.Bodhisatwa viriyadika Ialah bodisatwa yang di dalam usahanya untuk mencapai tingkat kebudhaan, lebih mengutamakan pengabdian kepadanpenderitaan semua mahlik dengan kemauan keras. Sebelum Mahayana timbul, pengertian bodhisatwa sudah di kenal juga, dan dikenakan juga kepada budha Gautama, sebelum ia menjadi budha. Di situ bodhisatwa berarti orang yang sedang dalam perjalanan untuk mencapai hikmat yang sempurna, yaitu orang yang akan menjadi budha. Jadi semula bodhisatwa adalah sebuah gelar bagi tokoh yang ditetapkan untuk menjadi budha

Arahat
Arahat adalah orang yang telah berhasil membebaskan diri dari dukha mencapai tingkat kesucian tertinggi.arahat juga merupakan orang yang sudah bebas daripada segala keinginan untuk di lahirkan kembali, baik dalam dunia yang tidak berbentuk, maupun di dalam dunia yang tidak berbentuk, ia juga sudah bebass daripada sgala ketinggian hati, kebenaran diri, dalam ketidaktahuan.Proses tercapainya tingkat kesucian arahat adalahterlebih dahulu harus menjadi bodhisatwa saddhadika, setelah itu dalam usahannya lebih mengutamakan keyakinan terhadap dhamma yang diajarkan oleh budha Gautama dan akhirnya tercapailah penerangan sempurna, ialah yang disebut savaka bodhi dan kemudian menjadi savaka budha yaiyu disebut juga arahat.

End note
[1] Mukti Ali, Agama-agama Di Dunia, (IAIN SUNAN KALIJAGA PRESS, 1988), h. 101
[2] T Rhys Davids, Buddhist India, h. 3 (Putnam’s New York, 8th edition, 1959)

[3] S. Radhakrishnan, Indian Philosophy, Vol. 1, h. 354 (George Allen and Unwin, London, 1923)
[4] Ananda Coomaraswamy dan I,B, Horner, The Living Thoughts of Gautama the Buddha, h.1.2 (The Living Thoughts Libaray, Cassel and Co. London, 1948)
[5] Christmas Humphreys, Buddhism Pelican Book, (Harmondsworth, 1959)
[6] ^ Itivuttaka, Sumber:Itivuttaka, Kitab Suci Agama Buddha, Alih Bahasa Pali ke Bahasa Inggris : John D. Ireland, Maribaya-Lembang, Bandung 40391, 1998
[7] http://satyadharma-medan.blogspot.com
[8]. DrHarun Hadiwijoyo. Agama Hindu dan Buddha. H.50
Daftar pustaka
----------The Road to Nirvana- A Selection of the Buddhist Scripture in Pali, diterjemahkan oleh E.J. Thomas, Wisdom of the East Series, London, 1950
----------Christmas Humphreys, Buddhism Pelican Book, (Harmondsworth, 1959)
----------Mukti Ali, Agama-agama Di Dunia, IAIN SUNAN KALIJAGA PRESS, 1988
--------- www.google.com
--------- http://satyadharma-medan.blogspot.com
--------- Wikipedia
--------- ^ Itivuttaka, Sumber:Itivuttaka, Kitab Suci Agama Buddha, Alih Bahasa Pali ke Bahasa Inggris : John D. Ireland, Maribaya-Lembang, Bandung 40391, 1998




                                                                     Ciputat,09 maret 2012
                                                                                   Penulis

0 komentar:

Posting Komentar