- 1. Pendahuluan
Aspek lain yang menonjol dari ajaran Budha adalah penyerapan jalan Ariya Beruas Delapan sebagai suatu cara hidup yang mulia. Setiap umat Budha didorong untuk membentuk hidupnya sesuai dengan Jalan Arya Beruas Delapan seperti yang diajarkan oleh sang Budha. Ia yang menyesuaikan hidupnya selaras dengan jalan hidup yang mulia ini akan bebas dari kesengsaraan dan bencana, baik dalam masa hiudp sekarang maupun sesudahnya. Ia juga akan dapat mengembangkan pikirannya dengan mengekang kejahatan dan menjalankan kebaikan.
- 2. MEDITASI
Meditasi adalah pendekatan psikologis untuk pengembangan, pelatihan, dan pemurnian pikiran[2]. Dalam hal doa, umat Buddha mempraktikkan meditasi untuk pelatihan mental dan pelatihan spiritual. Tidak seorang pun dapat mencapai Nibbana atau keselamatan tanpa mengembangkan pikiran melalui meditasi. Sejumlah perbuatan baik saja tidak akan cukup membawa seseorang untuk mencapai tujuan akhir tanpa pemurnian mental yang sesuai. Hayalan dan emosi selalu menyesatkan manusiajikia pikiran tidak dilatih dengan benar. Seseorang yang tahu bagaimana caranya bermeditasi akan dapat mengendalikan pikirannya jika tersesatkan oleh indera-indera.
Meditasi juga berarti pengembangan batin[3]. Melalui meditasi, batin dan seluruh kehidupan kita tumbuh secara spiritual, karena kesadaran kita semakin berkembang. Kita semakin sadar akan diri kita, orang lain, dan lingkungan kita, dan akhirnya menyadari realitas itu sendiri. Kesadaran yang meningkat ini membantu kita untuk berurusan dengan situasi kehidupan sehari-hari dengan lebih tenang dan bijak.
Menurut KBBI (2001), meditasi artinya pemusatan pikiran dan perasaan untuk mencapai sesuatu. Meditasi mengandung pengertian yang sama dengan tafakkur, yakni menimbang-nimbang dengan sungguh-sungguh, memikirkan, merenung, atau mengheningkan cipta. Kamus yang sama menerangkan arti bersemadi adalah memusatkan segenap pikiran (dengan meniadakan segala hasrat jasmaniyah).
Dalam agama Buddha kata meditasi memang dipergunakan sebagaisinonim dari semadi (samadhi) dan pengembangan batin (bhavana). “memusatkan pikiran pada satu objek yang tunggal, inilah yang disebut semadi”[4]. Semadi atau meditasi atau pemusatan pikiran dinamakan juga konsentrasi. Sebagai metode atau cara mengembangkan batin, semadi dinamakan bhavana.
Meditasi dilakukan dengan pikiran. Bagaimanapun posisi tubuh, jika pikiran berlari kesana sini dengan liar dan memikirkan objek kemelekatan, itu bukanlah yang disebut semadi. “Pikiran adalah pemimpin, segala sesuau dibentuk oleh pikiran”. Hasil meditasi berupa keadaan batin yang menunggal, dengan pemusatan pikiran yang kuat memegang objek, dinamakan jhana (pali) atau dhyana (Skt.). istilah ini dalam bahasa Tionghoa Ch’an atau dalam bahasa Jepang Zen.
Dalam bahasa Tibet, meditasi adalah gom, yang memiliki akar yang sama dengan kata-kata yang artinya membiasakan diri[5]. Meditasi adalah membiasakan diri kita dengan sikap-sikap yang positif, realistis, dan konstruktif. Ia membangun kebiasaan baik dari fikiran.
2.1 Semadi Benar
Semadi benar didefinisikan sebagai pikiran yang baik, tepatnya yaitu kesadaran (citta) dan corak batin (cetasika) yang baik, terpusat dengan mapanpada satu objek. Pikiran yang baik atau suci lebih penting dari pada terpusat, karena meskipun terkonsentrasi, pikiran yang buruk menghasilkan semadi yang salah.
Semadi memiliki karakteristik pikiran yang tidak kacau, atau tidak terganggu, memiliki fungsi mengatasi kekacauan, menyebabkan tercapainya ketenangan. Manifestasinya tidak bergelombang. Sebab yang terdekat yang menimbulkan pemusatan pikiran adalah kebahagiaan. “dengan merasa bahagia, pikirannya menjadi terpusat”.
2.2 Tiga Faktor Semadi
Sebagai salah satu faktor dari jalan mulia berunsur delapan, semadi benar tidak terpisahkan dari daya upaya benar dan perhatian benar, karena itu ketiganya masuk dalam kelompok semadi. Buddha membenarkan petunjuk Bikuni Dhammadinna kepada upasaka Visakha, bahwa pemusatan pikiran membutuhkan syarat adanya daya upaya yang benar berupa Empat ketekunan usaha yang benar, dan ditandai perhatian berupa Empat Landasan Kesadaran. Jelas semadi adalah suatu keadaan yang positif, bukan pasif atau terhipnotis lupa diri[6].
Daya upaya benar yaitu Empat Usaha yang Benar, yang dilaksanakan dengan giat dan penuh semangat:
- Usaha mencegah timbulnya pikiran buruk, yang tidak menguntungkan, yang menimbulkan kerinduan dan kesesalan, dengan cara menjaga, mengawasi, dan mengendalikan semua indera.
- Usaha melenyapkan pikiran yang diliputi hawa nafsu yang sempat muncul, dengan mencampakkannya, mangakhirinya, mengalihkan pikiran pada sesuatu yang baru.
- Usaha membangkitkan atau mengembanglkan faktor penerangan sempurna, melalui ketenangan, kelepasan, pengakhiran, dengan tujuan mencapai kebebasan.
- Usaha mempertahankan objek konsentrasi yang telah berhasil dicapai.
Perhatian benar yaitu Empat Landasan Kesadaran, berupa perenungan terhadap:
- Badan jasmani
- Perasaan
- Fikiran
- Fenomena dharma
2.3 Tiga Kelompok Satu Jalan
“Para Biku, suatu yang tidak mungkin, menguasai semadi tanpa menguasai sila. Tidak mungkin pula menguasai kebijaksanaan tanpa menguasai semadi”[7]. Semua faktor dari Jalan Mulia Berunsur Delapan, yang dikelompokkan sebagai sila, semadi, dan kebijaksanaan, membentuk satu jalan saja. Ketiga kelompok saling bergantung, bagaikan sebuah pot berkaki tiga, yang terbalik jika langsung patah salah satu kakinya.
Ada tiga macam latihan, yaitu latihan didalam sila yang tinggi (adhisila- sikkha), kesadaran yang tinggi (adhicitta-sikkha) dan kebijaksanaan yang tinggi (adhipanna-sikkha). Seorang praktisi hidup bermoral dan terkendali menurut winayana, sempurna tingkah laku dan pergaulannya, takut melakukan pelanggaran walau kecil sekalipun, melatih dirinya dalam peraturan-peraturan berdasarkan sila. Melatih kesadaran dengan membebaskan diri dari hal-hal yang berhubungan dengan hawa nafsu, bebas dari karma-karma yang tidak baik, masuk kedalam jhana tingkat demi tingkat. Melatih kebijaksanaan dengan memahami kebenaran apa adanya, mengenai adanya duka, asal mula duka, lenyapnya duka dan jalan menuju lenyapnya duka.
Latihan kesadaran yang tinggi adalah praktik untuk mencapai ketenangan batin, dan latihan kebijaksanaan yang tinggi adalah praktik untuk mencapai pandangan terang. Kedua macam praktik ini dinamakan bhavana atau kammatthana (Thana dasar, fondasi pengembangan bain).
2.4 Tujuan dan Manfaat Semadi
Menyatukan diri dengan makhluk ghaib atau keadaan tak sadarkan diri, kehilangan daya pikir, kehilangan daya pikir sendiri, bukanlah meditasi yang dimaksud dalam agama buddha. Meditasi Buddhis juga tidak ada hubungannya dengan mistik. Mistik menjauhkan diri kita dari kenyataan, meditasi mendekatkan kita pada kenyataan. Dengan meditasi kita dapat melihat secara langsung khayalan dan halusinasi, sehingga menyadarkan kita akan berbagai bentuk kebodohan dan pandangan yang kelliru.
- Tujuan
Itulah tujuan akhirmeditasi, yakni Nirwana yang tercapai dalam kehidupan sekarang ini juga. Dan Nirvana tidak akan tercapai tanpa semadi. Sebelum tujuan akhir ini tercapai, sebelum meninggal dunia, praktisi yang memperoleh kemajuan dalam semadi akan terlahir di alam-alam yang luhur.
- Manfaat
Meditasi berpengaruh terhadap fungsi jasmani yang bermanfaat bagi kesehatan, seperti peningkatan kebugaran dan daya tahan tubuh, hingga penyembuhan sejumlah penyakit[9].
2.5 Kemampuan Supernatural
Sejumlah Sutta mengungkapkan bahwa pemusatan pikiran menghasilkan kemampuan supernatural. Misal, Brahmajalla-sutta menguraikan adanya petapa dan Brahmana yang dapat mengingat riwayat hidupnya dan alam-alam kehidupannya yang lampau. Mahalli-sutta menjelaskan tentang Sunakkhata mendapatkan mata batin, sehingga dapat melihat berbagai bentuk yang menyenangkan, yang ada di alam dewa. Sesuai dengan pemusatan pemikiran yang dikembangkan, seseorang juga dapat memperoleh telinga batin.
2.6 Kesesuaian Jenis Watak
Pokok-pokok objek meditasidikembangkan sesuai dengan penggolongan watak manusia. Yaitu:
- Watak yang penuh nafsu (raga-carita)
- Watak yang penuh kebencian (dosa-carita)
- Watak yang dungu (moha-carita)
- Watak yang mudah percaya (saddha-carita)
- Watak yang cerdas (buddhi-carita)
- Watak yang spekulatif / melamun (vitakka-carita)
2.7 Pencapaian Konsentrasi
- a. Tingkatan konsentrasi
- Konsentrasi sesaat (khanika-samadhi)
- Konsentrasi permulaan (upacara-samadhi)
- Konsentrasi penuh (appana-samadhi)
- b. Gambaran Batin
- Gambaran batin selama pembacaan
- Gambaran batin tercapai
- Gambaran batin terkendali
- c. Faktor-Faktor Jhana
Dalam meditasi pandangan terang tidak diperlukan jhana. Orang yang melakukan vipassana-bhavana harus memulai dari konsentrasi permulaan sampai ia memiliki kebijaksanaan yang sempurna. Dengan itu ia dapat mengembangkan gambaran batin, dan mengakhiri proses tumimbal-lahir.
2.8 Rintangan Konsentrasi
- a. Lima rintangan Batin
- Nafsu keinginan akan objek indra yang menyenangkan
- Niat atau kemauan jahat, dendam
- Kemalasan dan kelesuuan
- Kegelisahan dan kelesuan
- Keraguan
- b. Rintangan Pandangan Terang
- Sinar-sinar gemerlapan, kegiuran, ketenagan, kebahagiaan, keyakinan yang membawa gairah, usaha, ingatan yang tajam, pengetahuan langsung, keseiimbangan batin, perasaan puas terhadap objek-objek.
2.9 Praktik Meditasi
- a. Persyaratan Internal Meditator
- Memiliki sila
- Menghilangkan berbagai rintangan fisik, yaitu kehawatiran
- Mendekati guru dengan cara yang benar, hormat dan percaya terhadap guru, memberitahukan apa yang kita inginkan darinya
- Mempelajari sifat semadi yang baik
- Memilih tempat atau lingkungan untuk latihan meditasi, sesuai dengan watak praktisi
- Mempunyai objek semadi yang sesuai dengan watak masing-masing yang dominan
- Melenyapkan rintangan-rintangan kecil
- Menimbulkan, mempertahannkan dan mengembangkan gambaran batin
- b. Persyaratan Eksternal Meditator
- Tempat tinggal yang pantas
- Wilayah yang pantas
- Pembicaraan yang pantas
- Makanan yang pantas
- Orang-orang yang pantas
- Iklim yang pantas
- Posisi tubuh yang pantas
- c. Persiapan Meditasi
Pemula sebaiknya tetap bermeditasi ditempat yang sama, tidak berpindah-pindah tempat. Hingga pada waktu yang sama, biasanya pagi atau malam hari, ketika pikiran segar, aktif, dan keadaan fisik tidak lelah, tidak juga lapar. Lama meditasi kira-kira sepanjang waktu yang dibuthkan oleh sebatang dupa hingga terbakar habis, paling tidak dua puluh hingga tiga puluh menit.
- d. Posisi Tubuh
Praktisi yang memilih posisi berdiri, menempatkan kakinya sedikit renggang. Kedua tangan didepan tubuh, tangan kanan memegang tangan kiri. Keseimbangan tubuh harus dijaga supaya batin tenang.
Meditasi cara berjalan disebut cankamana. Pemula berjalan perlahan-lahan agar dapat mengembangkan perhatian kesadaran (satti). Terdapat beberapa cara berjalan yaitu:
- Berjalan dengan menghitung langkah kaki.
- Berjalan dengan menyadari langkah maju, mundur, kekiri dan kekanan. Menyadari gerakan kaki kanan sewaktu kaki kanan melangkah, kaki kiri sewaktu kaki kiri melangkah. Gerakan setiap tangan pada waktu berjalan juga harus disadari.
- Berjalan dengan menggunakan objek meditasi gambaran tubuh, seolah-olah melihat tubuh sendiri, dan mengamati seluruh kegiatan atau gerakan tubuh.
Posisi berbaring dilakukan dengan tubuh rebah kearah kanan, dengan kaki kiri diatas kaki kanan, seperti posisi tubuh Buddha Gotama disaat pari nirwana. Posisi arah sebaliknya juga dimungkinkan, yang penting bagaimana pikiran dapat diarahkan.
- 3. JALAN ARIYA BERUAS DELAPAN (Jalan Tengah)
3.1 Disiplin Moral (Sila):
- Perkataan Benar
- Perbuatan Benar
- Penghidupan Benar
3.2 Pengembangan Bathin (Samhadi):
- Usaha Benar
- Perhatian Benar
- Konsentrasi Benar
- Pandangan Benar
- Kehendak Benar
- i. Perkataan Benar
- Berbohong
- Memfitnah
- Berkata kasar
- Obrolan kosong
- Memberikan pujian yang tepat.
- Mengkritik hanya yang bersifat membangun.
- Menyebarkan kebenaran.
- Menyampaikan ucapan yang menyembuhkan.
- Bisa tetap diam bila diperlukan.
- ii. Perbuatan Benar[13]
- Membunuh.
- Mengambil yang tidak diberikan.
- Melakukan perbuatan asusila.
Perbuatan Benar termasuk juga tindakan jasmani yang membawa manfaat bagi pihak lain. Ini termasuk menolong dan menyelamatkan makhluk lain dari bahaya atau penderitaan.
- iii. Penghidupan Benar[14]
Ada lima jenis mata pencaharian yang Buddha anggap sebagai cara-cara yang tidak menghargai kehidupan. Kelimanya seharusnya dihindari karena menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan pihak lain, at upun menciptakan perpecahan dalam masyarakat. Mata pencaharian yang seharusnya dihindari adalah:
- Berdagang senjata.
- Berdagang hewan untuk disembelih.
- Berdagang budak dan pelacuran.
- Berdagang minuman keras.
- Berdagang racun.
- iv. Usaha Benar
Usaha adalah akar dari segala pencapaian. Jadi, tak peduli betapa besar pencapaian Buddha, atau betapa hebatnya ajaran Buddha, kita harus menjalankan ajaran tersebut secara nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan. Ada empat jenis Usaha Benar yang perlu dijalankan:[15]
- Usaha untuk mencegah munculnya pikiran buruk (ketamakan, kebencian, dan kegelapan batin).
- Usaha untuk melepaskan pikiran buruk yang telah muncul.
- Usaha untuk mengembangkan pikiran baik (kedermawanan, Cinta Kasih, dan Kebilaksanaan).
- Uasaha untuk memelihara pikiran baik yang telah muncul (sekalipun ketika tidak diperhatikan oleh orang lain).
- v. Perhatian Benar
Melatih Perhatian Benar diperlukan untuk mencapai Kebijaksanaan dan Pencerahan. Pikiran harus terkendalikan dan terlindungi dari kekacauan. Keserakahan dan kemarahan harus dihindari dengan sadar. Perhatian diberikan pada pikiran karena melalui pikiran segala sesuatu dicerna, ditafsir, dan dipahami. Untuk mencapai Kebahagiaan Sejati, pikiran yang tidak disiplin pertama-tama harus dikendalikan. Menaklukan pikiran berarti menaklukan dunia.
- vi. Konsentrasi Benar
- vii. Pandangan Benar[17]
Sikap menyalidiki akan menalaah penting untuk mencapai Pandangan Benar. Buddha mengajarkan kepada kita untuk tidak percaya begitu saja pada desas-desus, tradisi, atau kewenangan sebagai kebenaran. Melainkan untuk menimbang kebenaran dengan pengalaman kita sendiri yang objektif dan adil. Buddha mengajarkan, seperti halnya orang bijaksana yang tidak menerima begitu saja bahwa setiap yang berkilau keemasan adalah emas., tetapi mengujinya terlebih dahulu. Dengan demikian, kita mestinya tidak menerima begitu saja apa yang didengar tanoa mengujinya dengan pengalaman kita sendiri.
Meskipun demikian, dalam mencari kebenaran, kita bisa saja menilik ajaran Buddha sebagai acuan bantu. Ini adalah langka pertama menuju pengembangan Pandangan Benar. Kita segiyanya mendengar dan mempelajari ajaran Buddha dan penjelasan guru-guru yang berkualitas. Akan tetapi, mendebgarkan ajaran Buddha saja tidaklah cukup, kita juga harus memperhatikan dan sungtguh-sungguh mencoba untuk menjalaninya,
Buddha berkata bahwa mwngembangkan Pandangan Benar adalah seperti orang buta yang matanya tercelikkan, seluruh sikapnya terhadap hal-hal yang semula disukai atau ttidak disukai akan berubah karena telah mampu melihat semuanya dengan tepat.
- viii. Kehendak Benar[18]
Kehendak Benar berarti menghindari nafsu keinginan dan niat buruk, dan membangkitkian pikiran tentang melepaskan kemelekatan. Mengembangkan Cinta Kasih dan Walah Asih. Nafsu keinginan harus dihindari karena tidak akan pernah terpuaskan dan mengarahkan pada tindakan yang keliru. Pikiran yang tidak melekat akan menyingkirkan nafsu keinginan, sementara Cinta Kasih dan Walah Asih akan mengenyahkan niat buruk.
DAFTAR PUSTAKA
v Mukti, Krishnanda wijaya. Wacana Buddha-Dharma. Yayasan Dharma Pembangunan. cet.III Jakarta: 2006
v Dhammananda, Sri. Keyakinan Umat Buddha. Yayasan Penerbit Karania. Cet.V Jakarta: 2007
v Jadilah Pelita Ajaran Universal Buddha. Yayasan Penerbit Karania dan Ehipassiko Foundation. Jakarta : 2005
[1] Krishnanda Wijaya-Mukti, Wacana Buddha Darmha, Yayasan Dharma Pembangunan, Jakarta. Hal 212
[2] Sri Dhammananda, Keyakinan Umat Buddha, Yayasan Penerbit Karaniya, hal 295
[3] Terjemahan be a Lamp Upon Yourself, dsb. Jadilah Pelita Ajaran Universal Buddha. Hal 227
[4] Krishnanda Wijaya-Mukti, Wacana Buddha Darmha, Yayasan Dharma Pembangunan, Jakarta. Hal 213
[5] Ibid, Hal 213
[6] Ibid. Hal 216
[7] Ibid. Hal 217
[8] Ibid., hal. 218
[9] Ibid., hal. 219
[10] Ibid., hlm 225
[11] Ibid., hlm 227
[12] Terjemahan be a Lamp Upon Yourself, dsb. Jadilah Pelita Ajaran Universal Buddha. Hal 35
[13] Ibid.,hlm36.
[14] Ibid.,Ihlm 37.
[15] Ibid.,hlm 38
[16] Ibid.,hlm 41
[17] Ibid.,hlm 42
[18][18][18] Ibid.,hlm 44-45.
Lucky Club Casino Site » Review & Rating 2021
BalasHapusLucky Club Casino Review - All you need to know about Lucky Club online casino and bonuses. Lucky Club Casino is located in Curacao, and one of 카지노사이트luckclub the Rating: 3.8 · Review by LuckyClub.live